Ini Cerita Miring Mengenai Gemblak di Ponorogo | Sabung Ayam Online | Bandar Judi Sabung Ayam
[ 13-01-2018 ]

Ini Cerita Miring Mengenai Gemblak di Ponorogo | Sabung Ayam Online | Bandar Judi Sabung Ayam

Sabung Ayam Online - Selama ini yang dipahami oleh masyarakat bahwa gemblak itu identik ke arah yang negatif, yakni tradisi homoseksual. Ada seorang anak laki-laki rupawan yang telah tinggal bersama dengan komunitas warok dalam jangka waktu 2 tahun. Sedangkan orang tua dari anak yang digemblak tersebut mendapat upah berupa sawah garapan atau satu ekor lembu.

Ridho Kurnianto, Akademisi pemerhati seni reog, menjelaskan bawha tradisi gemblak memang erat kaitannya dengan reog, khususnya warok yang mempunyai tradisi kanuragan.

"Pada teologi warok dikenal dengan istilah harus menjauhi berhubungan dengan perempuan, itu sebelum Islam datang, ada teologi kanuragan seperti itu," tuturnya kepada Bandar Judi Sabung Ayam saat ditemui di Kampus Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jalan Budi Utomo, pada Sabtu 13 Januari 2018.

Sehingga konsekuensinya dari teologi itu, seorang warok tidak dapat didampingi perempuan meski itu istrinya dalam pertapaannya. Sebagai gantinya dia mengangkat anak muda laki-laki yang dianggap semacam asisten untuk melayani peralatan pertapannya, peralatan sesaji serta peralatan pemujaan.

Lalu dikemudian hari akhirnya disalahartikan dengan istilah gemblakan. Tradisi dulu di kampung-kampung ada kumpulan warok yang memiliki satu hingga dua gemblak yang fungsinya untuk menghibur serta mengarahnya ke homoseksual.

"Dan itu memang terjadi, itu fakta ya. Kalau tradisi gemblak akhirnya digeneralisir jadi homoseksual itu tidak benar ya, karena memang pada dunia warok ada tradisi kanoragan tadi yang untuk mendampingi warok," jelasnya kepada Sabung Ayam Online.

Lalu pada perkembangan berikutnya, ada penari jathil yang diangkat dari gemblak dalam seni reog Ponorogo bahkan waktu itu sempat menggejala. Penari jathil yang diangkat dari gemblak akhirnya didandani seperti perempuan, menjadi seperti banci memang ada salah persepsi.

"Gemblak itu merupakan perilaku homoseksual bahkan perilaku banci padahal itu adalah hanya pemaknaan yang bersifat lokal serta sektoral," terangnya.

Menurut bapak 3 orang anak ini, seharusnya gemblak dimaknai sebagai asisten yang ada guna mendampingi warok untuk olah kanoragan. Namun ada yang berkembang dengan istilah warokan setra gemblakan. "Nah, mungkin saja berikutnya homoseksual dimaknai dari sana," paparnya kepada kepada Bandar Judi Sabung Ayam.

Warok yang biasanya diketahui memiliki banyak harta, akhirnya bisa saja membeli gemblakan, meski mahal. Karena gemblakan itu memiliki kontrak kerja selama satu hingga dua tahun dengan mahar 1 ekor sapi yang umurnya 2,5 tahun atau sawah garapan untuk orang tua gemblak, ini hal yang resmi karena ada lamarannya serta ada perjanjiannya.

"Ada fakta gemblakan namun kalau dikaitkan dengan warok Ponorogo, itu bukan homoseksual. Memang ada dimana era yang memaknai gemblak itu sebagai gemblakan bukan gemblak sebagai asisten kanoragan," imbuhnya kepada Bandar Judi Sabung Ayam.

Sementara itu Sudirman juga pernah menjadi gemblak di tahun 1970-an dia mengaku bahwa dirinya malah diistimewakan saat menjadi gemblak. Dirinya hidup seperti selebritis, semua aksesoris mulai dari pakaian, sandal, kaos kaki bahkan potongan rambut harus yang teristimewa.

"Padahal zaman dulu kan zaman sulit ya, tapi tidak begitu dengan gemblak, semuanya harus matching dari atas sampai ke bawah," paparnya kepada Sabung Ayam Online.

Bahkan, dirinya selama menjadi gemblak banyak mendapat pelajaran mulai dari ilmu tari untuk jathilan, juga diajari mengenai kesopanan serta berperilaku nilai-nilai sosial dari masyarakat. "Kalau dulu kan sekolah sulit ya, jadi kalau anaknya menjadi gemblak itu malah bagus malah jadi terhormat,' pungkas guru kesenian di SMPN 1 Jetis, Ponorogo.