Tembak Ikan Online - Kurdi akhirnya melunak terhadap desakan dari komunitas internasional agar tidak mendeklarasikan kemerdekaannya.
Sikap itu disampaikan Pemimpin Kurdi, Massud Barzani, Rabu kemarin seperti diwartakan kantor berita AFP bersama Tembak Ikan Online.
Sebelumnya, pada 25 September, Pemerintah Regional Negara Irak-Kurdi menggelar referendum untuk menentukan masa depannya. Apakah tetap, atau memisahkan diri dengan Negara Irak.
Hasil pemilihan rakyat kemarin, 93 persen rakyat memilih untuk merdeka dari Baghdad.
Namun, sejumlah negara seperti Negara Amerika Serikat dan Negara Rusia, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mendesak agar Kurdi tidak memproklamasikan kemerdekaannya.
Barzani meluluskan desakan itu. Kurdi pun kini mencoba berdialog dengan pemerintahan Perdana Menteri Haider al-Abadi.
Salah satu alasan utamanya adalah banyak wilayah strategis Kurdistan yang direbut oleh pasukan pemerintah yang dibantu oleh milisi sekutu dalam sepekan terakhir,"ujar Barzani kepada Tembak Ikan Online.
Di antaranya adalah ladang minyak di Kirkuk.
Namun, pemimpin yang berusia 71 tahun tersebut mengumumkan bakal menangguhkan deklarasi kemerdekaan Kurdistan, demi membuka ruang dialog dengan Baghdad.
"Kita juga akan melakukan gencatan senjata, dan menghentikan operasi militer di Kurdistan," ujar Barzani kepada Tembak Ikan.
PBB menginginkan perundingan
PBB mengutuskan, Jan Kubis, menyambut baik pernyataan resmi Barzani ini. Kubis mengatakan, PBB siap menjadi mediator jika diminta.
"Kedua belah pihak menyatakan keinginannya untuk mengdahulukan dialog berdasarkan konstitusi," tuturnya Kepada Tembak Ikan.
Dengan adanya kepercayan diri Kubis, melanjutkan suatu solusi berdasarkan konstitusi yang diadopsi Negara Irak sejak 2003 bakal dicapai antara Negara Irak dan pejuang Kurdi.
Sebab, kedua kubu ini sama-sama bahu-membahu ketika mengusir kumpulan teroris Negara Islam, Negara Irak dan Suriah (ISIS).
"Aku yakin mereka pasti bisa menghilangkan ego mereka masing-masing, dan bekerja berdasarkan konstitusi yang berlaku," ungkap Kubis Kepada Tembak Ikan.
Sikap itu disampaikan Pemimpin Kurdi, Massud Barzani, Rabu kemarin seperti diwartakan kantor berita AFP bersama Tembak Ikan Online.
Sebelumnya, pada 25 September, Pemerintah Regional Negara Irak-Kurdi menggelar referendum untuk menentukan masa depannya. Apakah tetap, atau memisahkan diri dengan Negara Irak.
Hasil pemilihan rakyat kemarin, 93 persen rakyat memilih untuk merdeka dari Baghdad.
Namun, sejumlah negara seperti Negara Amerika Serikat dan Negara Rusia, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mendesak agar Kurdi tidak memproklamasikan kemerdekaannya.
Barzani meluluskan desakan itu. Kurdi pun kini mencoba berdialog dengan pemerintahan Perdana Menteri Haider al-Abadi.
Salah satu alasan utamanya adalah banyak wilayah strategis Kurdistan yang direbut oleh pasukan pemerintah yang dibantu oleh milisi sekutu dalam sepekan terakhir,"ujar Barzani kepada Tembak Ikan Online.
Di antaranya adalah ladang minyak di Kirkuk.
Namun, pemimpin yang berusia 71 tahun tersebut mengumumkan bakal menangguhkan deklarasi kemerdekaan Kurdistan, demi membuka ruang dialog dengan Baghdad.
"Kita juga akan melakukan gencatan senjata, dan menghentikan operasi militer di Kurdistan," ujar Barzani kepada Tembak Ikan.
PBB menginginkan perundingan
PBB mengutuskan, Jan Kubis, menyambut baik pernyataan resmi Barzani ini. Kubis mengatakan, PBB siap menjadi mediator jika diminta.
"Kedua belah pihak menyatakan keinginannya untuk mengdahulukan dialog berdasarkan konstitusi," tuturnya Kepada Tembak Ikan.
Dengan adanya kepercayan diri Kubis, melanjutkan suatu solusi berdasarkan konstitusi yang diadopsi Negara Irak sejak 2003 bakal dicapai antara Negara Irak dan pejuang Kurdi.
Sebab, kedua kubu ini sama-sama bahu-membahu ketika mengusir kumpulan teroris Negara Islam, Negara Irak dan Suriah (ISIS).
"Aku yakin mereka pasti bisa menghilangkan ego mereka masing-masing, dan bekerja berdasarkan konstitusi yang berlaku," ungkap Kubis Kepada Tembak Ikan.