|
|||||||||||
[ 09-06-2017 ]
Kisah Mantan Polisi yang Menjadi Teroris Setelah Sambangi "Tangan Kanan" Noordin M Top | Judi Blackjack Online | Bandar BlackjackJudi Blackjack Online - Rupanya menjadi polisi serta berada di lingkungan kepolisian ternyata tidak menjamin seseorang tidak akan terpapar paham radikal. Sofyan Tsauri telah menjadi polisi selama 13 tahun. Ayah dan kakaknya juga merupakan bagian dari anggota Polri. Namun berdasarkan data Bandar Blackjack, paham radikal perlahan-lahan masuk ke kepalanya serta mengubahnya menjadi teroris dan bergabung dengan Al Qaeda. Sofyan mengatakan kepada Judi Blackjack Online, doktrin radikal mulai memengaruhi dirinya setelah dia melihat adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah dan konflik yang terjadi di sebagian besar negara-negara Islam. "Penyerangan yang terjadi di instansi di Iran, konflik yang terjadi di Afghanistan, itu menggerakkan nurani daya sehingga punya simpati pada penderitaan orang muslim," ujar Sofyan kepada Bandar Blackjack, Kamis (8/6/2017) malam. Bahkan, Sofyan beranggapan bahwa serangan di World Trade Center, New York, yang terjadi pada 11 September 2001 sebagai aksi yang mengagumkan, bukan aksi yang kejam. Menurutnya, Amerika memang pantas menerimanya karena telah menerapkan kebijakan yang tidak adil terhadap Islam. Sofyanpun semakin memantapkan hati menjadi teroris setelah menyambangi Deni dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah, dua terpidana teroris, di penjara. Keduanya adalah anak buah Noordin M Top, pelaku dari pengeboman Hotel JW Marriot dan serangkaian aksi teror lainnya. Sofyan mendapatkan cerita dari Deni dan Urwah mengenai bagaimana cara kelompok mereka memperjuangkan Islam dan melawan pihak-pihak yang dianggap toghut. Interaksi tersebut menimbulkan kesan bagi Sofyan. "Bahkan saat itu saya mengunjungi mereka dengan mengenakan baju seragam. Saya mendalami logika berfikir mereka. Saya saat itu betul-betul kagum dengan cara pikir mereka dan sifat kepahlawanan mereka," kata Sofyan kepada Judi Blackjack Online. Akhirnya, Sofyanpun bergabung dengan Al Qaeda serta diutus ke Aceh oleh Al Qaeda untuk melakukan pelatihan militer. Di sana, Sofyan diminta untuk memberikan pelatihan dasar militer dan menyuplai senjata api untuk para kelompok teroris. Sofyanpun akhirnya ditangkap pada tahun 2010 serta dihukum selama enam tahun penjara. Bertobat di penjara Saat di dalam tahanan, Sofyan mencoba mengevaluasi kembali aktivitasnya selama menjadi pemasok senjata untuk para kelompok teroris. Ia bertanya-tanya pada dirinya, apakah sudah benar jalan yang dia pilih ini? Apakah ini dibenarkan dalam syariat Islam? Di dalam penjara, Sofyan bergaul dengan beberapa napi teroris. Ada beberapa kebiasaan aneh dari mereka yang tidak dapat diterima oleh nalar Sofyan. Para narapidana tersebut, kata dia, tidak mau melakukan shalat di masjid yang dibangun pemerintah serta orang-orang di luar kelompoknya. Kemudian, mereka juga tidak mau makan daging yang disembelih oleh orang-orang selain kelompok mereka karena mereka meragukan kehalalannya. Tidak hanya itu saja, banyak teroris yang menikah tanpa memiliki wali karena mereka menganggap bahwa anggota mempelai wanita yang bukan bagian dari kelompok teroris adalah murtad. "Ini di luar dari kesadaran saya, pasti ada penyimpangan," kata Sofyan kepada Bandar Blackjack. |
|||||||||||